Museum Sejarah Jakarta
Sejarah
Gedung
Pertama kali gedung ini
dibangun pada tahun 1620 oleh Gubernur Jenderal Jean Peterzoon Coen hingga
selesai pada tahun 1626. Pada
tahun 1628 dan 1629 saat pasukan Sultan Agung Hanyokrokusumo dari Mataram
menyerang Batavia gedung ini hancur karena terbakar. Pada tahun 1649 baru
dilakukan perbaikan kembali. Pada masa pemerintahaan Gubernur Jenderal Joan Van
Hoorn gedung ini dibongkar dan dibangun kembali pada tanggal 25 Januari 1707
yang diselesaikan oleh Gubernur Jenderal Abraham van Riebeeck pada tanggal 10
Juli 1710 sampai tahun 1712. Yang
berfungsi sebagai “ Stad Huis” ( Balai Kota ) dan “ Raad Van Justitie ” ( Dewan
Pengadilan ). Pada tahun 1925 sampai dengan 1942 gedung ini digunakan sebagai
kantor provinsi Jawa Barat, tahun 1942 sampai dengan 1945 digunakan sebagai
markas Dainipon, setelah kemerdekan 1945
sampai dengan 1963 digunakan sebagai kantor Gubernur Jawa Barat dan pada tahun
1964 digunakan markas TNI KODIM 0503 Jakarta Barat. Pada tahun 1972 diserahkan
kepada pemerintah DKI yang kemudian diperbaiki dan digunakan sebagai Museum
Sejarah Jakarta yang diresmikan oleh Gubernur DKI Bpk. Ali Sadikin, pada
tanggal 30 Maret 1974. Dengan luas area 13.388 m2.
1.
Ruang
prasejarah (sebelum mengenal tulisan)
Orang – orang
purba ( nenek moyang orang Jakarta ) sudah ada sejak 1000 sebelum masehi
terbukti dari hasil temuan Tim Arkeolog yang berupa : pahat batu, beliung batu,
kampak Batu peninggalan dari zaman batu baru ( New Neolotikum ) ini semua
ditemukan disepanjang pinggiran sungai kali ciliwung.
2.
Ruang
Masa Sejarah (setelah mengenal tulisan)
+ pada abad ke 5
didaerah Jabotabek berdiri kerajaan Hindu Taruma Negara yang nama rajanya Prabu Purnawarman. Ini terbukti dari
peniggalan prasasti batu
a.
Prasasti Kebon Kopi ( duplikat )
Prasasti yang asli terdapat di desa kebon kopi Bogor,
mempunyai simbol dua telapak kaki gajah milik Raja Purnawarman yang
dipergunakan sebagai kendaraan.
b.Prasasti Ciaruteun
( duplikat )
Prasasti ini
ditemukan di sungai Ciaruteun Bogor menyimbolkan tentang dua telapak kaki Raja
Purnawarman yang mirip dengan telapak kaki Dewa Wisnu maka beliau dianggap
sebagai titisan Dewa Wisnu.
c. Prasasti Tugu
( duplikat )
Ditemukan di
desa Batu Tumbu Tanjung Priok Jakarta Utara yang asli di Museum Nasional bertuliskan
huruf palawa berbahasa sangsekerta. Sebagai peringatan diresmikannya sungai
Gomati dan Candrabaga oleh Raja Purnawarman yang selesai digali selama 21 hari
dengan panjang 6122 tombak + 12 km. Dalam peresmianya raja berkenan
membagikan 1000 ekor sapi kepada para Brahmana yang berjasa dalam pembuatan
sungai tersebut. Sungai tersebut sangat jernih, berkilau dan berliku – liku
sehingga bila dipandang dari muara tergambar bagaikan ular naga yang kemudian
diberi nama Candrabaga, kemudian berganti nama menjadi Bagasi ( Bagasasi ) yang
kini menjadi nama kota Bekasi dan sungai tersebut kini dikenal kali bekasi
3. Ruang Sunda Kalapa /
Pajajaran
+ pada abad ke 14 Kerajaan Tarumanegara sudah tidak
terdapat lagi bukti – bukti penemuannya dan dianggap hilang, di jabotabek
berdiri kerajaan – kerajaan kecil dan yang paling terkenal adalah Kerajaan
Pakuan Pajajaran nama Rajanya yang paling terkenal dengan gelar Prabu
Siliwangi.
a. Prasasti Batu
Tulis ( duplikat ) yang
aslinya terdapat di Desa Batu Tulis , Bogor.
Keterangan : Legenda / susunan nama raja yang pernah
memerintah dikerajaan Pajajaran . Dilokasi batu tulis ini dipergunakan sebagai
pelantikan Raja – raja Pajajaran . Setelah dilantik kemudian namanya ditulis di
batu ini, tertera di baris akhir nama Sri Baduga Maharaja / Prabu Siliwangi
sebagai Raja terakhir.
4.Ruang Portugis
a. Monumen Padrao , dibaca
padrong ( duplikat )
Monumen yang asli berada di
Museum Nasional Jakarta, ditemukan disekitar jalan nelayan timur pasar ikan
Jakarta Utara. Menguraikan tentang perjanjian antara Portugis dan Sunda Kalapa
/ Pajajaran. Pada tanggal 21 Agustus 1522 diadakan perjanjian parsahabatan dan
perdagangan antara Portugis dengan Pajajaran. Didalam perjanjian tersebut
disepakati bahwa Portugis diizinkan mendirikan sebuah benteng disekitar
pelabuhan Sunda Kalapa, Raja Sunda memberikan
hadiah 1000 keranjang lada sebagai bukti dibuatlah (Monumen Tugu) orang
– orang portugis menyebutnya padrong.
Selain dibuat monumen juga
dibuat surat perjanjian yang ditulis dalam 2
bahasa huruf latin berbahasa Portugis ,dan huruf palawa berbahasa
sangsekerta yang tertera tanda tangan masing- masing pihak.
5. Ruang Sultan Agung dari Mataram Lukisan karya Bpk. S. Soejoyono tahun 1973
Menguraikan tentang peperangan
antara VOC dan pasukan Sultan Agung pada tahun 1628 dan 1629 dimana gedung yang
pertama / balai kota hancur karena di bakar oleh pasukan Sultan Agung . Yang
menarik disini ada kisah legenda asal nama kota Betawi. Pada saat peperangan
tersebut VOC / Belanda kehabisan peluru ( amunisi ) mereka terkepung oleh
pasukan Sultan Agung yang akhirnya VOC / Belanda menggunakan peluru dari
kotoran manusia ( tai ). Karena kebanyakan pasukan Sultan Agung memeluk agama
islam mereka banyak yang berteriak, ada yang bilang mambu tai, mambet tai, bau
tai Batavia bau tai, dsb. Maka trerjadi pelesetan Betawi asal kata dari baunya
tai.
6.
Ruang Betawi
Contoh
bahasa betawi yang campuran.
Alat
musik gamelan gambang kromong adopsi dari kebudayaan Cina, Sunda dan Jawa.
Alat musik tanjidor adopsi
dari Portugis.
Pakaian adat pernikahan
Betawi.
7.
Ruang VOC / Belanda.
Lukisan Jean Peterzoon Coen.
Dialah yang membumi hanguskan
Kerajaan Jayakarta pada tanggal 30 Mei 1619 yang diganti nama menjadi Batavia,
dialah yang membangun kota Batavia yang mirip dengan kota di Amsterdam.
Tempat tidur pada abad ke- 17.
Senjata yaitu pedang , tombak.
Perabotan terbuat dari bahan
perak yaitu piring, tempat sirih, tempat tinta, dsb.
8.
Ruang Ibadah.
Market Kelenteng untuk Agama
Budha ( orang – orang Cina Konghucu ) dari kelenteng Cilincing Jakarta Utara.
Mimbar untuk khotbah Agama
Islam di masjid yang dibuat pada abad ke- 18 dari masjid kampung baru.
Market Gereja yang bangunanya
hancur pada tahun 1808 akibat gempa bumi sekarang menjadi museum wayang.
9.
Lantai atas ruang Belanda ( ruang tunggu
).
Terdapat 3 lukisan kisah nyata tentang pengadilan karya JJ Denish pada tahun 1660.
Terdapat 3 lukisan kisah nyata tentang pengadilan karya JJ Denish pada tahun 1660.
a. Gambar tengah.
Raja Solomo ( Nabi Sulaiman )
mengambil keputusan yang bijaksana mengenai peristiwa seorang bayi, yang
diperebutkan oleh kedua wanita / orang yang mengaku sebagai ibunya.
Akhirnya dipanggilah seorang
algojo untuk membelah bayi agar dibagi dua supaya adil, akan tetapi baru saja
akan dibelah maka berkatalah seorang ibu dengan ucapan “jangan lebih baik bayi ini diberikan kepada
ibu yang berdiri disebelah ini”. Demikian dan akhirnya hakim memutuskan bahwa
wanita yang berbicara itulah ibu kandungnya, dengan alasan siapa yang
mengandung dan melahirkan merasa tidak tega mendengar bayi tersebut akan dibagi
dua.
b. Sebelah kanan .
Raja sekaligus menyusun undang
– undang ZALAUKOS dari Lokri ( Yunani pada abad ke VII M ) siap mengorbakan
salah satu matanya untuk mengindahkan hukum yang diundang- undangkan sendiri
dengan demikian Raja ingin menyelamatkan salah satu mata putranya yang harusnya
ditusuk kedua matanya karena melanggar hukum itu dengan berjinah.
c. Sebelah kiri.
Raja Persia Cambises abad ke V M yang sedang memerintahkan agar Hakim
Korup SISAMNES dikuliti, lalu putranya Sisamnes menggantikan ayahnya yang kulitnya
dipakai untuk melapisi kursi Hakim. Ini
adalah sebuah peringatan keras bagi para Hakim – Hakim yang dapat disuap.
10. Ruang Sidang.
Diruang
sidang ini ada beberapa pahlawan kita yang pernah diadili diantaranya adalah
Pangeran Diponogoro, Cut Nyadien dan Untung Suropati. Ada beberapa peniggalan
disini antara lain adalah :
Pedang hukum, pedang ini pernah digunakan untuk
hukum pancung / penggal kepala. Konon pedang ini pernah digunakan untuk
memancung + 500 orang Cina pada
tahun 1740, mereka dipancung disekitar gedung Stad Huis ada pula yang dipancung
disekitar sungai yang sekarang kita kenal dengan nama kali merah dan kali mati.
Jasad mayat tersebut tdiak dikuburkan secara layak melainkan dibuang ke sungai
sampai mayat – mayat tersebut terbawa arus sungai dan berakhir di kali angke
dan muara angke.
11.
Ruang kerja.
Terdapat lukisan suami istri Mr. dan Mrs. De With
Mereka adalah searang Belanda yang kaya raya dan suka membagi – bagikan sembako juga uang.
Karena sering membagikan uang masyarakat lebih sering menyebut Mr. Duit, untuk
mengenang kebaikanya masyarakat sampai sekarang lebih sering menyebut kata duit
ketimbang uang.
12.
Ruang Dandless 1808 – 1811.
Herman William Daendless dia dikenal di Indonesia
dengan julukan si tangan besi karena kekejamanya tentang pembuatan jalan dari
Anyer sampai dengan Panarukan dengan panjang
+ 1000 KM yang dikenal
dengan nama kerja paksa Rodi.
13.
Ruang Raffles
Thomas
Staford Raffles dia adalah orang Inggris yang menjajah selama 5 tahun di
Indonesia dari tahun 1811 s /d 1816. Raffles terkenal didunia dengan
hasil karya bukunya yang berjudul “ History Of Java ” dia juga yang merintis
dan membangun Kebun Raya Bogor dan menemukan sebuah bunga bangkai yang sekarang
disebut degan bunga rafflesia.
14.
Penjara Bawah Tanah.
Terdapat
5 ruangan dengan panjang 6 m, lebar 3 m, dan tinggi 1.65 m. Maksimal menampung
50 orang. Pahlawan kita yang pernah ditahan diantaranya adalah Untung Suropati
pada tahun 1670 dan Pangeran Diponogoro pada tahun 1830.
15.
Penjara Wanita.
Ruangan
ini dulu dikenal dengan sebutan lorong gelap karena ruangan ini gelap gulita
disaat jendelanya ditutup dan slalu tergenang air disaat musim hujan pahlawan wanita yg pernah disini Cut Nyadien
yg kemudian diasingkan kedaerah
Sumedang.
16. Meriam Si Jaguar
Meriam ini peninggalan
Portugis dengan berat 3,5 ton dibuat di kota Maccao Cina dengan nama bengkel
JAGOBARA. Pada tahun 1641 Portugis dikalahkan oleh Belanda di Malaka dan meriam
ini dibawa Belanda ke Batavia dan diletakkan di benteng Diamont, terdapat tulisan
“EX ME IPSSA RENATA SUM “ yg artinya “dari diriku sendiri aku
dilahirkan “ menunjukan bahwa sijagur ini dituang dari 16 ( = X + I + V )
Meriam kecil. Meriam ini oleh masyarakat sekitar dianggap sebagai Dewa
Kesuburan yang bisa menyembuhkan kemandulan khususnya untuk wanita. Karena
dibagian belakang terdapat kepalan tangan maka dianggap sebagai simbol
kejorokan oleh orang – orang kita.
Hukuman yang diterapkan
Belanda
Tempat tiang gantung dan hukum Pancung berada
dihalaman gedung ini pd masa Belanda dinamakan “ Golgenveld “ tercatat yg pernah dihukum diBalai Kota ini
diantaranya :
- pd tgl 19 Juli 1676 empat orang dihukum pancung
disini dgn dakaawaan membunuh,
- enam orang budak belian dipatahkan
tubuhnya dgn menggunakan Roda delman,
- seorang indo Belanda digantung
disini karena mencuri,
- beberapa prajurit Belanda dihabisi
ditiang Gantung meninggalkan tugas penjagaan,
-seorang
Isteri Belanda, Istri seorang Guru dikalungi Besi dan ditahan dipenjara wanita
selama 12 thn karena berzinah,
- eksekusi Pieter erberveld pria keturunan Belanda
Jerman dilakukan dgn cara dicambik empat
ekor kuda sehingga badannya pecah
berantakan, lokasi esekusi itu dikenal Kampung Pecah Kulit sekarang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar