R.A Kartini “Tokoh
Emansipansi Wanita di Indonesia”
Omet Rasyidi (1006027)
Seperti yang diketahui bahwa organisasi pergerakan wanita
yang ada di Indonesia bertujuan untuk memperjuangkan hak-hak para wanita untuk
disejajarkan dengan para pria. Hal ini diawali dengan lahirnya seorang tokoh
dari Jepara, Jawa Tengah pada tanggal 21 April 1879 yang bernama Raden Ajeng
Kartini. Beliau ini merupakan seseorang yang berasal dari kalangan priyayi atau
bangsawan Jawa. Karena Kartini terlahir dari keluarga bangsawan sehingga beliau
bias bersekolah di ELS (Europese Lagere
School) sampai umur 12 tahun. Di sekolah tersebut Kartini memperdalam
pendidikan dengan mempelajari bahasa Belanda. Tetapi ketika Kartini sudah
berumur 12 tahun, beliau menjadi anak yang harus tinggal di rumah.
Namun karena Kartini bisa berbahasa Belanda karena
sering belajar di rumah,beliau sering berkomunikasi dengan teman penanya yaitu
Rosa Abendanon. Dari seringnya berkomunikasi dengan teman penanya tersebut,
Kartini bisa dengan cepat memahami pemikiran orang-orang Eropa dan tertarik
untuk mengikuti kemajuan berpikir orang Eropa. Oleh karena itu Kartini berniat
untuk memajukan status perempuan pribumi karena di mata Kartini pada saat itu
bahwa para perempuan Indonesia berada pada status yang rendah.
Kartini menikah dengan Bupati Rembang K.R.M Adipati
Ario Singgih Djojo Adhiningrat pada tanggal 12 November 1903. Suami Kartini ini
mengerti akan keinginan Kartini yang ingin memajukan status derajat perempuan
Indonesia dan dia mendukung keinginan Kartini tersebut sehingga Kartini bisa
mendirikan sekolah wanita di sebelah timur gerbang kompleks kantor kabupaten
Rembang atau yang sekarang dinamakan Gedung Pramuka. Sekolah ini merupakan awal
dari pendirian sekolah-sekolah perempuan berikutnya seperti Yayasan Kartini di
Semarang, Yogyakarta, Surabaya, Malang, Madiun, Cirebon dan lainnya. Hal ini
tidak terlepas dari kegigihan Kartini itu sendiri dan juga bantuan dari salah
satu tokoh politik Etis yaitu Van DeVenter. Yayasan ini diberi nama “Sekolah
Kartini”.
Kartini ini merupakan sosok yang penting dan menjadi
pelopor bagi perkembangan emansipansi wanita yang ada di Indonesia. Setelah
beliau wafat, Mr. J.H Abendanon mengumpulkan surat-surat yang dikirimkan oleh
Kartini kepada teman-teman penanya di Eropa dan membukukannya karena pada saat
itu menjabat sebagai Menteri Kebudayaan, Agama dan Kerajinan Hindu Belanda yang
berjudul “Dari Kegelapan Menuju Cahaya” atau dalam bahasa melayu nya “Habis
Gelap Tebitlah Terang.
Surat-surat Kartini ini juga menjadi inspirasi dalam
mengubah pandangan masyarakat Belanda terhadap perempuan pribumi.
Tulisan-tulisan ini lebih menceritakan tentang keadaan sosial perempuan pribumi
yang pada waktu itu hidup seperti dalam kurungan karena tidak bebas untuk
melakukan apa yang menjadi keinginan mereka dan mengkritik budaya Jawa yang
dinilai oleh kartini merupakan salah satu faktor penghambat dalam kemajuan
perempuan pribumi. Selain mengkritik tentang budaya Jawa, Kartini juga
mengkritik mengenai Agama. Kartini menilai bahwa “dunia akan lebih damai jika
tidak ada agama yang menjadi alasan manusia untuk berselisih, terpisah dan
saling menyakiti. Kartini juga sangat mempertanyakan ketika agama lebih
menguntungkan laki-laki untuk berpoligami sehingga lengkap sudah penderitaan
perempuan pribumi.
Masih banyak karya-karya dari Kartini ini yang
menjadi inspirasi bagi para perempuan Indonesia untuk meraih cita-citanya.
Sehingga pantas saja bahwa Kartini dianggap sebagai salah satu tokoh pelopor
dan penggerak dari gerakan wanita yang bertujuan untuk emansipansi wanita pada
saat itu. Mungkin agak sedikit etnosentris ketika Kartini yang dijadikan
sebagai tokoh pelopor emansipansi wanita karena pada saat itu juga terdapat
nama-nama yang berpengaruh di daerah masing-masing seperti Dewi Sartika yang
mengangkat derajat dan status perempuan Sunda dan Rohanna Kudus yang berasal
dari Minangkabau. Namun pemikiran dari Kartini inilah yang menjadi penggerak
para perempuan Indonesia untuk melanjutkan apa yang sudah Kartini lakukan
sebelum beliau meninggal.
DAFTAR
PUSTAKA
Poesponegoro, Marwati Djoened dan
Nugroho Notosusanto. (1993). Sejarah
Nasional Indonesia V. Jakarta: Balai Pustaka
Wikipedia. (2012). Kartini. [Online]. Tersedia: http://id.wikipedia.org/wiki/Kartini
[5 Agustus 2012]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar